Bandara Internasional Ngurah Rai
Nama : I Gusti Agung Ayu Made
Dessy Nataliasari
Kelas : 1TA02
Npm : 13315189
Mata Kuliah : Geologi Teknik
Dosen : Tri Handayani
Bandara
Internasional Ngurah Rai
A.
STUDI PENDAHULUAN
Bandar
Udara Internasional Ngurah Rai adalah bandar udara internasional yang terletak
di sebelah selatan Bali, Indonesia, tepatnya di daerah Tuban, Kuta, sekitar 13
km dari Denpasar. Kode IATA-nya adalah DPS, sedangkan Kode ICAO-nya WADD
(dahulu WRRR). Bandara Ngurah Rai merupakan bandara tersibuk ketiga di Indonesia,
setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Juanda.
Nama bandara ini diambil dari nama I Gusti Ngurah Rai, seorang pahlawan
Indonesia dari Bali.
Penyelesaian
Pengembangan Pelabuhan Udara Tuban ditandai dengan peresmian oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 1 Agustus 1969, yang sekaligus menjadi momen perubahan
nama dari Pelabuhan Udara Tuban menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah
RAI (Bali International Airport Ngurah Rai. Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang
dan kargo, maka pada tahun 1975 sampai dengan 1978 Pemerintah Indonesia kembali
membangun fasilitas-fasilitas penerbangan, antara lain dengan membangun
terminal internasional baru. Gedung terminal lama selanjutnya dialihfungsikan
menjadi terminal domestic, sedangkan terminal domestic yang lama digunakan
sebagai gedung cargo, usaha jasa catering dan gedung serba guna.
B.
TAHAP STUDI KELAYAKAN
Akibatnya
Bandara Ngurah Rai mulai kuwalahan menangani jumlah penumpang yang melebih dari
kapasitasnya. Sebagai gambaran Terminal Penumpang Domestik yang dibangun pada
era tahun 1970-an hanya memiliki kapasitas 1.5 juta penumpang setahun, tetapi
sekarang sudah melayani 3 kali lipat dari kapasitasnya. Demikian juga kapasitas
parkirnya, mulai kuwalahan jika musim liburan tiba.
Tanggal
3 Juni 2009 Menteri Perhubungan pada waktu Bpk. Jusman Syafei Djamal meresmikan
Patung Ngurah Rai sekaligus juga memberi tanda dimulainya Proyek Pembangunan
Terminal Bandara Ngurah Rai. Proses ini ternyata tidak berlangsung mulus.
Pemerintah Kabupaten Badung dan sebagian besar masyarakat Bali menginginkan
agar dalam membangun Terminal Bandara, nuansa Bali dan kearifan lokal dapat
dimasukkan dalam desain terminal bandara. Ini berarti desain awal yang sudah
disiapkan, yang lebih menekankan fungsional dan modern, harus direvisi lagi.
Untuk
mengadopsi kearifan lokal ini, maka dibentuklah Tim 11 (karena jumlah
anggotanya 11 orang). Tim ini terdiri dari 3 orang PT. Angkasa Pura I
(Persero), 3 orang dari Ikatan Arsitek Indonesia, 1 ahli dari Universitas
Udayana, 1 orang dari Ahli Teknik dan Bangunan Gedung, 2 orang dari Pemprov
Bali dan 2 orang dari Pemkab Badung.
Tim
11 bekerja keras untuk mewujudkan aspirasi masyarakat memasukkan komponen
arsitektur Bali ke dalam desain terminal bandara. Setelah melakukan 5 kali
pertemuan, maka Tim 11 akhirnya menghasilkan suatu bentuk desain yang siap
untuk dipresentasikan kepada Bapak Bupati Badung.
Pembangunan
Terminal ini akan menggusur 79 rumah dinas. Sebagian karyawan yang menempati
rumah dinas harus merelakan kenyamanannya, karena rumah dinas yang ditempati
akan dialih-fungsikan menjadi perluasan bandara. Sebenarnya ada 3 sekolah yang
harus juga dipindahkan. SMP Angkasa, SD Negeri 04 dan TK Wipara. Dengan
memaksimalkan lahan yang ada, TK Wipara harus dipindahkan karena lokasinya akan
menjadi jalan akses masuk ke bandara. Sementara SD Negeri 04 dan SMP Angkasa
akan dipertahankan di lokasinya yang sekarang.
C.
TAHAP PERENCANAAN
Beranjak
dari hal tersebut, manajemen merasa perlu untuk mengembangkan Bandara Ngurah
Rai agar lebih optimal lagi menjalankan fungsinya dalam melayani permintaan
pengguna jasa bandara. Wakil Presiden RI pada waktu Jusuf Kalla segera
memerintahkan agar Bandara Ngurah Rai segera direnovasi. Gayung pun bersambut,
maka Direksi segera menyiapkan diri untuk membangun terminal baru.
Langkah
pertama, Direksi membentuk Tim untuk melaksanakan pembangunan ini. Tim ini
diberi nama Proyek Pengembangan Bandar Udara Internasional Bali (PPBIB) yang
diketuai oleh Ir. Sri Unon Setyasih, seorang arsitek lulusan UGM yang sudah
banyak berkecimpung di teknik bandara udara.
Tahap
berikutnya melakukan tender untuk menunjuk Manajemen Konstruksi. Dan
terpilihlah Jaya CM sebagai pelaksana Manajemen Konstruksi, dan partner PT.
Angkasa Pura I (Persero) dalam membangun terminal ini. Persiapan pun mulai
dilakukan.
Pekerjaan
besar Proyek Pengembangan Bandara Internasional Bali ini adalah memperbesar
kapasitas terminal domestik. Terminal domestik ini akan dikembangkan menjadi 8
kali dari kapasitasnya yang sekarang, menjadi 120.000 M2. Terminal baru ini
akan difungsikan sebagai terminal internasional, sementara terminal
internasional yang sekarang akan diubah fungsinya menjadi terminal domestik.
Proyek
Pembangunan Bandara Udara Internasional Bali ini akan memakan waktu selama 30
bulan, dengan biaya seluruhnya Rp. 1,74 Trilyun yang diharapkan dapat dilakukan
dengan self financing. PT. Angkasa Pura I (Persero) atas ijin dari Menteri BUMN
akan menyiapkan segala daya dan upaya untuk merealisasikan rencana ini. Ada 7
paket pekerjaan pada proyek yang cukup prestisius ini.
D. TAHAP
PEMBANGUNAN FISIK
Tanggal
15 Juni 2010 yang lalu, Wakil Presiden RI sudah memanggil Direksi PT. Angkasa
Pura I (Persero) untuk memaparkan rencana pembangunan ini. Semua Menteri terkait
ikut hadir pada presentasi tersebut, termasuk Gubernur Bali. Beliau-beliau
semua sepakat dan komit, untuk segera merealisasikan rencana pembangunan ini.
Kemudian
Tim 11 yang sudah selesai menjalankan tugasnya dan bersama Direktur Utama PT.
Angkasa Pura I (Persero) pada tanggal 13 Juli 2010 mepresentasikan hasil desain
terminal kepada Bupati Badung. Pada rapat pertemuan itu Bupai Badung hadir
bersama dengan Wakil Bupati badung dan para Asisten Bidangnya, juga hadir Ketua
DPRD Badung beserta para Ketua Komisi.
Bupati
Badung pada kesempatan itu mendukung sepenuhnya pembangunan ini dan memberikan
beberapa masukan, antara lain beliau minta agar Bandara Ngurah Rai bersiap
untuk menerima kegiatan internasional yang akan diadakan di Bali. Tahun 2011
akan diadakan KTT ASEAN dan pada tahun 2013 Konperensi APEC, even internasional
ini akan mengundang banyak tamu dari negara asing. Sebagai tuan rumah Bali
harus mempersiapkan semuanya dengan baik, dan semua itu kesibukan itu akan
dimulai dari Bandara Ngurah Rai.
Tanggal
14 Juli 2010 GM Bandara Ngurah Rai bersama dengan Direktur Proyek PPBIB
menghadap dan beraudiensi kepada Gubernur Bali, melaporkan hasil presentasi
dengan Bupati dan rencana berikutnya. Gubernur Bali Made Mangku Pastika
berpesan agar proyek segera saja dilaksanakan. Bandara Ngurah Rai sudah harus
segera berbenah memperbaiki infrastrukturnya, agar dapat menjadi pintu gerbang
Bali dengan baik. Proyek ini jangan ditunda lagi karena sudah menjadi kebutuhan
yang mendesak.
E.
MASA PEMELIHARAAN
“Setelah
selesainya proses pembangunan konstruksi proyek selama dua tahun tiga bulan,
terminal baru Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai yang megah ini telah
siap dioperasikan dan dapat digunakan untuk melayani kedatangan penumpang
internasional. Diharapkan dengan fasilitas yang baru ini, kami dapat memberikan
pelayanan kepada penumpang lebih maksimal lagi. Kami juga mengharapkan
pengertian dan kerja sama penumpang dan penjemput tamu jika selama masa
transisi mungkin masih menimbulkan rasa kurang nyaman," ujar General
Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai
Purwanto, Selasa (17/09)
Untuk
meningkatkan kualitas runway yang dimiliki Bandara Internasional Ngurah Rai,
per bulan April 2016 pihak Bandara Ngurah Rai bakal melakukan peremajaan
terhadap runway yang ada saat ini. General Manager Bandar Udara I Gusti Ngurah
Rai, Trikora Harjo, Senin (14/3) siang mengatakan, program peremajaan runway
ini merupakan salah satu bagian dari proses pemeliharaan yang dilakukan Bandara
Ngurah Rai untuk menjaga kekuatan runway.
“Umur
runway yang ada saat ini sudah mencapai lima tahun, jadi perlu dilakukan
pemeliharaan, meskipun kualitasnya masih cukup baik,” jelasnya. Untuk tahun
ini, program pemeliharaan akan dilakukan per bukan April 2016 dan
pelaksanaannya dikatakan Trikora tidak akan mengganggu jadwal penerbangan.
Sehingga proses pemeliharaan akan dilakukan pada saat aktivitas bandara
berkurang, atau sekitar pukul 02.00 dini hari sampai pukul 07.00 pagi.
Adapun
jenis pemeliharaan yang dilakukan adalah menambah ketebalan runway. “Sehingga
Bandara Ngurah Rai bisa menerima pesawat besar meskipun kami tidak melakukan
penambahan panjang runway. Untuk saat ini panjang runway mencapai 3.000 meter
dengan lebar mencapai 45 meter,” paparnya
catatan : untuk dokumentasi bisa di cari di Google, dengan keyword yang di inginkan.
Komentar
Posting Komentar